PLETON 9!!! Menyesuaikan.

                 Mungkin ini bukan pertama kali, aku mengalami kondisi dimana aku hanya seorang diri dalam satu lingkungan baru yang menuntut aku untuk segera bisa beradaptasi agar bisa segera diterima di lingkungan tersebut. Namun, kali ini sedikit berbeda. Aku harus bertemu dengan orang-orang itu saja selama prakondisi tanpa bisa berhubungan dengan dunia luar, yang biasanya bisa dijadikan selingan ketika kita merasa tidak cocok dengan lingkungan yang ada. Sayangnya perasaan canggung itu sama sekali tidak muncul.

                Ketika awal kegiatan, kami langsung harus membentuk barisan yang nantinya menentukan siapa teman kita, siapa saudara kita selama mengikuti kegiatan ini. Pleton 9. Ya, aku tergabung dalam kelompok ini. Kelompok berjumlah 28 orang yang didominasi oleh perempuan, yang hanya menyisakan 9 orang arjuna dengan bermacam-macam karakter, yang pada akhirnya terasa seperti pengganti keluarga disini.

                Dengan postur tubuh yang tinggi tapi tidak dengan tubuh yang atletis, secara otomotis menempatkanku pada posisi terdepan dalam arti yang sebenarnya untuk membetuk barisan pleton. Hal inilah yang mungkin menjadi salah satu andil terbesar sehingga aku kurang mengenal anggota dalam satu kelompokku di awal-awal kegiatan.
                Semua kegiatan kita lakukan bersama, terutama untuk kegiatan makan. Setiap hari tiga kali kami selalu duduk berdampingan di meja makan, sehingga secara tidak langsung kami mengetahui selera dan porsi makan tiap orang di sebelah kita. Mulai dari yang termasuk golongan omnivora, golongan pemilik pantangan alias alergi makanan tertentu, sampai golongan pengekspor beras ke negera treng sebelah  yang berarti pasti ada negara treng yang siap menerima import nasi. Kami hafal semua itu dengan sendirinya. Tanpa harus dituntut untuk mengahafalnya laksana anak TK yang harus diajari mengeja terlebih dahulu untuk bisa mengenal kata-kata.

                Tidak hanya untuk masalah makanan saja kami mengenal satu sama lain. Untuk urusan yang lain seperti tabiat dan tipikal anggota kamipun sedikit banyak kita mengenal. Mulai dari yang super duper ngocol yang terkenal dengan kata-kata khasnya yang ditiru oleh anggota lain (Aduuh deek, dibaca dengan logat madura), yang berani gila ketika menghayati yel-yel hiburan- sampai yang pendiam bak es batu, bahkan untuk mendengar suaranya kita harus menunggu sampai hari-hari akhir kegiatan. Tapi semua itu pasti dimbangi dengan para bidadari-bidadari yang selalu ada disamping kami dengan seribu tipe, mulai yang cerewet, yang melankolis, yang rame, yang diam-diam memperhatikan keadaan sekitar, yang aktif selama kegiatan serta yang tipe-tipe standart.

                Pleton 9, MENYESUAIKAN...
                Jargon itu secara tiba-tiba muncul ketika setiap aba-aba kegiatan untuk diakhir, sang komandan pleton –hendra- selalu bilang : “teman-teman, langsung menyesuaikan ya???”. Alhasil yang menyesuaikan tidak hanya aba-aba saja, melainkan juga perasaan-perasaan romansa anak muda juga ikut menyesuaikan.
                Tidak ada yang salah tentang rasa cinta, karena hal itu memang manusiawi. Prinsip itu yang selalu aku pegang, yang penting kita bisa memposisikan kita dalam keadaan apa kita sekarang.

Apapun semua itu, yang jelas pleton 9 telah menjadi obat penghibur rasa kangen kepada keluarga dan orang-orang terkasih selama harus berada di kandang macan.

0 komentar