Berpetualang menjadi Askar Persamaan Kuadrat sebagai bentuk Pembelajaran Diferensiasi


Pendidikan merupakan wadah terjadinya interaksi pengajaran yang bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatannya serta menjadi manusia merdeka yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman anak. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menyediakan lingkungan belajar bagi anak untuk mengembangkan kodratnya serta dapat memenuhi kebutuhan belajarnya. Hal tersebut sesuai dengan fakta bahwa peserta didik memiliki keragaman dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhannya masing-masing.

Dalam dunia pendidikan, tidak asing lagi jika pelajaran matematika menjadi pelajaran yang kurang diminati oleh peserta didik. Mindset anak yang beranggapan bahwa pelajaran matematika sulit serta proses pembelajaran yang tidak bervariatif menambah keyakinan peserta didik untuk kurang berminat terhadap pelajaran matematika. Selain itu, kurangnya perhatian guru terhadap kesiapan peserta didik menerima materi yang akan dipelajari semakin menambah kompleksitas permasalahan dalam pembelajaran matematika. Tidak hanya itu kebutuhan murid yang tidak terpenuhi selama proses pembelajaran matematika misalnya terkait gaya belajarnya mengakibatkan anak cenderung cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran.

Kondisi seperti di atas dialami juga oleh peserta didik di SMP Negeri 2 Dulupi khususnya kelas 9. Pembelajaran matematika terlihat membosankan bagi peserta didik dikarenakan metode yang digunakan oleh guru membuat pembelajaran berpusat pada guru serta tidak mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik, selain itu jam mata pelajaran yang berada di jam terakhir semakin mengurangi semangat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Jika keadaan ini berlangsung secara terus menerus, maka tidak dapat dihindari akan terjadi learning gap atau kesenjangan belajar, dimana pencapaian yang diperoleh peserta didik tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya bisa ditunjukkan oleh peserta didik.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dibutuhkan strategi dan cara yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran yakni dengan pembelajaran secara berdiferensiasi. Adapun solusi yang direncanakan adalah dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi pada materi persamaan kuadrat dengan teknik bermain petualangan (Berpetualang menjadi Askar Persamaan Kuadrat sebagai bentuk Pembelajaran Berdiferensiasi). Kegiatan tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa materi persamaan kuadrat dapat dikerjakan dengan berbagai cara yang dapat disesuaikan dengan kesiapan peserta didik dalam menerima materi tersebut. Materi prasyarat yang harus dimiliki oleh peserta didik diantaranya pemahaman mengenai operasi aljabar dan melakukan operasi hitung dasar, sehingga diferensiasi konten dapat dilakukan dengan menyesuaikan kesiapan masing-masing peserta didik. Misalnya peserta didik yang sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai operasi aljabar serta operasi hitung dasar dapat diarahkan untuk melakukan penyelesaian persamaan kuadrat dengan cara memfaktorkan, sementara jika hanya kemampuan operasi hitung dasar peserta didik yang baik maka pilihan penyelesaian dengan rumus ABC menjadi pilihan.



Selanjutnya, pemilihan teknik bermain petualangan secara nyata dengan berbantuan aplikasi Google Form merupakan upaya pemenuhan kodrat anak yakni bermain sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dengan penggunaan model permainan dalam proses pembelajaran diharapkan peserta didik menjadi lebih tertarik sehingga mampu meningkatkan minat belajarnya. Dalam permainan petualangan tersebut, peserta didik diminta untuk mencari petunjuk yang disebar oleh guru di lingkungan sekolah. Dengan melakukan scanning barcode yang terhubung pada Google Form, peserta didik akan menjawab pertanyaan terkait materi pembelajaran dimana masing-masing pilihan jawaban yang dipilih oleh peserta didik akan mengarahkan mereka pada petunjuk lain yang harus dilakukan oleh peserta didik. Dalam tahapan ini akan terjadi proses diferensiasi proses dalam pembelajaran, dimana peserta didik yang memahami materi dan menjawab pertanyaan dengan benar akan diarahkan pada petunjuk dengan materi dan soal pada tingkatan yang berbeda. Sebaliknya, peserta didik yang belum memahami materi dan menjawab salah pertanyaan yang diberikan maka diarahkan pada lokasi lain dimana terdapat petunjuk dan pertanyaan dengan level yang sama seperti sebelumnya.

Dalam kegiatan ini, guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran dengan menyiapkan bahan dan media yang dibutuhkan. Selain itu, guru akan memberikan scaffolding kepada peserta didik yang mengalami kesulitan setelah mereka melaksanakan kesepakatan kelas Three Ask (Tiga kali bertanya kepada rekan, baru bertanya kepada guru). Hal ini dilakukan agar tumbuh kedekatan emosional antar peserta didik serta menumbuhkan karakter kolaborasi dalam diri mereka.

Selain tantangan yang diuraikan di atas, merubah proses pembelajaran memberikan tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya karena kegiatan yang dilakukan melibatkan peserta didik dan rekan kerja sebagai observer. Diantara tantangan tersebut adalah : 1) Ketersedian paket data bagi peserta didik untuk mengakses barcode yang diberikan; 2) Kemampuan peserta didik dalam mengakses internet; 3) Persiapan penyediaan media yang digunakan; serta 4) Dukungan dari rekan kerja dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. 

Pembelajaran berdiferensiasi dengan berbasis petualangan askar persamaan kuadrat dimulai dengan melaksanakan kegiatan rutin dengan tujuan untuk membangun suasana pembelajaran yang kondusif untuk memulai kegiatan pembelajaran berikutnya. Kegiatan rutin yang dilakukan dalam tahapan ini yakni berdoa, menanyakan kabar dan perasaan peserta didik, serta mengajak peserta didik bercerita mengenai pengetahuannya tentang topik yang diajukan oleh guru terkait pembelajaran yang akan dilakukan. 

Pembelajaran ini dilaksanakan secara berkelompok, dimana anggota kelompok diatur sesuai dengan gaya belajar anak yang didapatkan dari hasil analisis yang dilakukan oleh guru BK. Hal ini dilakukan mengikuti rencana pembelajaran yang dilakukan yakni berdiferensiasi konten, dimana guru menyediakan media berbentuk modul pdf bagi peserta didik yang memiliki gaya belajar visual serta video pembelajaran digunakan untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar audio, sementara peserta didik kinestetik terakomodir dengan kegiatan fisik yang dilakukan dalam berkeliling halaman sekolah untuk mencari petunjuk soal. Pembentukan kelompok ini juga sebagai upaya mengatasi tantangan terbatasnya paket data yang dimiliki oleh peserta didik.

Kegiatan petualangan dimulai setelah guru menyampaikan garis besar proses pembelajaran yang akan dilalui siswa dengan memberikan simulasi bagaimana melakukan scanning barcode hingga tata cara menjawabnya serta kesepakatan waktu yang disediakan dalam berpetualang. Tahapan ini sebagai upaya guru untuk mencari solusi atas tantangan kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan peralatan TIK. Berikutnya, peserta didik diberikan petunjuk pertama dalam memulai petualangan. Petunjuk pertama yang diberikan kepada peserta didik disesuaikan dengan kesiapan anak (kemampuan prasyarat) dalam mengikuti proses pembelajaran.



Dalam proses petualangan tersebut, peserta didik diminta untuk mencari barcode yang telah disebar guru di lingkungan sekolah sesuai dengan petunjuk awal yang diberikan. Pada setiap barcode terdapat 3 bagian, yakni : 1) Form identitas; 2) Materi sesuai gaya belajar yang dipilih siswa; serta 3) Pertanyaan. Pada bagian materi berisikan media yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik terhadap gaya belajarnya sebagai bentuk diferensiasi konten. Sementara pada bagian pertanyaan, siswa diminta menjawab satu soal untuk mengecek pemahaman siswa tentang sub materi yang dipelajari. Setiap jawaban peserta didik yang dipilih akan memberikan petunjuk yang berbeda sesuai dengan diferensiasi proses yang diharapkan seperti uraian sebelumnya. Kegiatan ini terus berulang hingga peserta didik menemukan ujung dari petualangannya. Hal yang dilakukan guru dalam tahap ini yakni memperhatikan pergerakan yang dilakukan oleh peserta didik serta menjadi fasilitator dalam proses diskusi yang dilakukan oleh peserta didik. 

Untuk mengetahui alur pergerakan yang dilalui peserta didik, guru menyediakan lembar kerja yang harus diisi peserta didik yang terdiri dari lokasi yang dilalui serta proses penyelesaian soal yang didapat. Selain itu lembar kerja tersebut dapat dijadikan sebagai alat penilaian formatif untuk mengetahui tingkat pemahaman masing-masing kelompok sebagai bahan refleksi di akhir pelajaran. Kegiatan pembelajaran seperti ini membutuhkan persiapan yang matang sehingga strategi yang dilakukan dalam mengatasi banyaknya persiapan yang harus dilakukan oleh guru mengenai media pembelajaran yang digunakan adalah dengan berkolaborasi bersama rekan guru terkait media apa yang cocok serta lokasi yang strategis yang dapat digunakan.  

Kegiatan petualangan berakhir jika peserta didik menemukan ujung petualangannya atau waktu yang disediakan telah habis sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Peserta didik diminta menceritakan pengalamannya dalam berpetualang, mulai dari lokasi yang ia lalui, permasalahan yang ditemui, hingga lokasi akhir dimana mereka berada. Dalam kegiatan ini, guru menggali pemahaman yang diperoleh peserta didik sembari menganalisis jawaban peserta didik apakah masih terdapat miskonsepsi terhadap konsep dasar materi yang dipelajari. Selanjutnya guru mengajak peserta didik untuk membuat kesimpulan atas pembelajaran yang telah dilalui.



Langkah terakhir dalam pembelajaran ini, guru mengajak peserta didik untuk melakukan refleksi pembelajaran dengan menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Hal ini sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi karena dapat memberikan informasi tentang sejauh mana peserta didik mengalami kemajuan serta kebutuhan belajar dan strategi pembelajaran seperti apa yang diharapkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang akan dilaluinya.

Selain melibatkan peserta didik, pembelajaran ini melibatkan rekan guru sebagai observer untuk bisa memberikan masukan dan kritik dari sudut pandang yang lain. Selain itu pelibatan rekan guru disini juga sebagai upaya membudayakan pembelajaran berdiferensiasi dengan memberikan contoh langsung. Hal ini dilakukan dengan harapan pembelajaran pada mata pelajaran yang lain bisa mengakomodir kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajarannya.


Berdasarkan refleksi yang disampaikan oleh peserta didik di akhir pelajaran, mereka menyampaikan ketertarikannya pada proses pembelajaran yang diikuti. Kegiatan outdoor memberikan mereka kebebasan serta kesenangan karena kegiatan pembelajaran lebih terasa sebagai wahana bermain. Tantangan yang dirasakan dalam setiap level yang diberikan oleh guru juga memberikan motivasi peserta didik untuk berusaha menyelesaikannya. Peserta didik menganggap kegiatan ini terasa menantang karena petunjuk baru akan didapat ketika mereka mampu menyelesaikan soal yang diberikan sehingga jiwa kompetitif juga muncul ketika melihat kelompok yang lain sudah lolos terlebih dahulu dari satu tingkatan.

Dari sudut pandang observer, didapat informasi bahwa dalam kegiatan petualangan terlihat komunikasi antar peserta didik dalam satu kelompok bahkan beberapa siswa yang cenderung pasif di kelas terlihat aktif mengupayakan keberhasilan kelompoknya sesuai dengan kemampuanya. Tutor sebaya pun secara tidak sadar terbentuk dalam kegiatan tersebut, dimana peserta didik yang memiliki kemampuan lebih baik bersedia membantu temannya. Selain itu fokus siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terjaga, hal ini dibuktikan dengan ketidakpedulian mereka pada gangguan yang ada disekitar mereka. Akhirnya, dengan melihat pembelajaran yang dilakukan, rekan guru yang lain pun memberikan respon seperti menanyakan kegiatan apa yang dilakukan peserta didik di luar kelas, media yang digunakan hingga terjadi diskusi mengenai penerapan pembelajaran berdiferensiasi untuk mata pelajaran yang mereka ampu.

Keberhasilan dari pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan pembelajaran berbasis permainan ini tidak lain dikarenakan media dan langkah pembelajaran yang digunakan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik baik dari segi kesiapan belajar dengan adanya tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang telah mereka miliki sebelumnya. Segi minat belajar, dimana tugas yang diberikan memancing rasa ingin tahu dan hasrat peserta didik untuk terlibat dalam proses pembelajaran serta profil pelajar yang terpenuhi dengan tersedianya media pembelajaran yang beragam sesuai dengan gaya belajar peserta didik.

Pelaksanaan pembelajaran ini memberikan pelajaran tersendiri bagi guru diantaranya pembelajaran akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika mereka dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran serta keaktifan peserta didik secara otomatis akan muncul jika kebutuhan dasarnya terpenuhi sehingga hal ini meminimalisir munculnya perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan. Selain itu kolaborasi dengan rekan guru dibutuhkan untuk  menjaga semangat membudayakan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah. Dan akhirnya pembelajaran yang berpihak pada anak yakni pembelajaran berdiferensiasi merupakan solusi upaya mewujudkan tujuan pendidikan yakni menuntun segala kodrat anak untuk agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinggi baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.


Berikut Video praktik baik pembelajaran berbasis teknologi dengan memanfaatkan Google Form sebagai media petualangan murid dalam mempelajari materi dan mengecek kemampuannya :




1 komentar

  1. Luar biasa Pak. Strategi dan model pembelajaran yang dilakukan telah mengakomodir kebutuhan murid. Model pembelajaran yang bapak lakukan bisa saya modifikasi dalam pembelajaran saya, meskipun saya mengajar IPS, bukan matematika.

    BalasHapus